NOVELETTE BIOGRAFI
#Gambaran diri
Tak ada
yang menyangka bahwa aku terlahir ini. Ya. Aku lahir di Batam. Sebuah kota di Sumatera
yang terkenal dengan industrinya. Memang sih, Batam adalah kota yang terkenal
dengan industrinya dan hal tersebut tidak bisa dipungkiri melihat majunya
industri di kota ini. 26 agustus tahun 1997 adalah awal dari hidupku. Hidup
yang akan dipenuhi dengan kata cengeng. Ya, Aku adalah seorang cewek yang
cengeng. Cengeng dalam segala apapun.
Orang
tuaku bukanlah asli sini, tapi aku sudah lama menetap disini untuk beberapa
tahun. Merantau ke kota industri, Batam. Orang tuaku adalah asli bugis. Orang
tuaku mula-mula menetap di Maros dan entah mengapa keluargaku berlabuh di kota
industri untuk mencari kehidupan yang lebih layak.
Aku
mempunyai kakak. Abang, aku memanggilnya. Kakakku lahir di Makassar. Hanya beda
satu tahun denganku. Aku sangat menyanyangi kakakku. Kakak yang memberi kasih
sayang untukku.
***
#Episode patah gigi
Ruang tamu.
“ Ayo, tinju yang keras”
terdengar suara kakakku bergema di ruang tamu
Ya. Aku dan abangku sedang
bermain tinju-tinjuan
Saat
aku melayangkan tanganku ke arah mukanya, tanpa sengaja tanganku membelok ke
arah mulutnya. Dan tanpa sengaja mampu melumpuhkan
sebagian gigi depannya. Ya. Gigi depannya cibbeng.
Kakakku mengerang kesakitan
“ Awwww” teriak kakakku menahan
rasa sakit.
Aku
tidak bisa mengatakan apa-apa. Aku hanya bisa diam terpaku menunggu kakakku
mengadu kepada ibu. Dan ibu akan datang dengan gaya slow motion menasehatiku. Itulah yang aku pikirkan. Dan ternyata
hasilnya....
“ Hahahahah” terdengar suara
ibu
Ibu ketawa. Suatu kejadian
konyol menertawai Abangku yang sedang kehilangan sebagian gigi depannya.
“ Kan bagus kalau begitu,
hahahahah” terdengar tawa Ibu dengan
puasnya lagi.
Ibu
tertawa melihat abangku dengan gantengnya memamerkan gigi cibbengnya adalah suatu hal konyol bagiku. Dan akhirnya aku pun
bisa tersenyum lega karena gagal mendapat hasil olahan emosi dari ibuku.
***
#Episode jijik
Kisah ini terjadi ketika aku
menginjak masa Taman Kanan-kanak (TK)
Pelajaran berlangsung.
Aduh,
kok sakit banget sih, batinku dalam hati sambil memegang perutku.
Akupun kemudian meminta izin
untik ke toilet.
“ Ibu guru, aku minta izin ke
toilet yah?” ucapku dengan nada datar
Ibupun memberi izin dan akupun
bergegas menuju ke toilet. Karena perutku sangat sakit, aku nangis jadinya.
Layaknya seorang anak TK
ingusan yang nggak tahu apa-apa, aku pun merasakan cairan hangat keluar dari
lubang anusku. HAAAH... Aku berak di celana. Setelah aku selesai dari adegan
ini, akupun segara mencuci celana dalam yang kupakai dan kembali ke kelas tanpa
memakai celana dalam.
Mau
di apa lagi?, batinku dalam hati
Itulah kisah Taman
Kanak-kanakku yang paling menjijikkan. Kamu?
***
# Episode
adikku tersayang
2000
“ Yeee... aku punya adek!”
teriakku dengan bangganya saat perut Ibu semakin hari semakin membesar. Tiga
tahun menunggu kehadirannya, akhirnya sebentar lagi aku bisa menggendong adikku
sendiri. Bukan boneka lagi. #Sekali lagi tepuk tangan prokk...prok...
Memasuki usia ke sembilan ibu,
aku semakin patuh pada perintahnya, menjadi anak yang tidak manja lagi.#Walaupun
itu untuk sementara waktu.
Di suatu waktu. Ibu merasakan rasa sakit yang
hebat menggerogoti perutnya.
“ Ibumu mau ngelahirin adikmu
yang pertama” ucap bapakku walaupun sibuk.
Pada saat itu juga. Bapakku
mengantar ibuku menuju ke rumah sakit. Ya. Waktu begitu berjalan lambat menanti
kabar dari dokter yang menangani ibu.
Sang dokter keluar. Langsung
saja sang dokter mengatakan bahwa nyawa adikku tidak bisatertolong. Sejeanak
aku rapuh. Adik yang kutunggu-tunggu hilang. Harapan boneka akan berganti bayi
sirna.
Itulah peristiwa terburuk yang
pernah aku alami.
***
#Episode Tragedi
dibalik TPA
Layaknya
seorang muslimah. Aku mengikuti TPA yang berada tak jauh di dekat rumahku.
“
Naurah, ayo kita pergi” teriak teman sebayakumemanggilku untuk pergi ke TPA
“ Iya,
tungguuuu” teriakku tak kalah keras dari dalam rumahku
Sejenak kemudian aku keluar dan
berjalan menuju tempat TPA.
Sesampainya disana. Aku dan
teman-temanku menunggu guru TPA yang katanya akan mengajari kami.
Waktu demi waktu berjalan.
Merasa bosan, kami mencoba membuat hal-hal yang dapat mengembalikan semangat
kami lagi.
“ Main, yuk” sahut temanku yang
memang tujuannya datang untuk bermain.
“ Tapi permainan apa?” tanyaku
“ Aku tahu” ucap temanku dan tersenyum penuh licik ke arah kami
Lompat-lompatan. Ya. Akupun dan
teman-temanku menyusun meja yang akan dilompati nantinya.
“ Kamu angkat yang ini” seru
temanku yang ingin segera bermain
Time by time. Selesai. Tinggal
bermain
Di tengah acara permainan kami,
aku tersandung dan tiba-tiba, gigi depanku tersangkut diantara salah satu meja
yang telah kuangkat tadi bersama dengan teman-temanku
“ Ahhhh...... sakit.... Ibu”
aku mengerang kesakitan dan menangis. #cengeng lagi deh
“ Aduh, gimana iniii?” seru
teman-temanku tanpa berbuat apa-apa.
Tolong
kek apa kek, batinku dalam hati
Kemudian guru TPA ku pun
datang. Melihat kondisiku yang mangap-mangap nggak jelas. # nggak usah ketawa,
maklum sakit. Guru TPA ku pun segara menyuruhku pulang.
Yee.. pulang, seruku dalam hati
dengan rasa gembira. Tapi belum bisa mengalahkan raut mukaku yang mangap-mangap
nggak jelas.
Aku pun pulang dengan mata
mengeluarkan cairan tiada henti ditambah mangap-mangap nggak jelas semakin
menambah imutnya mukaku yang emang dulu sudah imut.
Sesampainya di depan rumahku,
aku tanpa mengetuk pintu dan langsung lari ke dalam.
Menemui Ibu. Aku langsung
menangis. Ya. Menangis tersedu-sedu mengingat kesalahanku yang lalu. #Alay
Dengan nada panik, ibu
bertanya.
“ Kenapa, Rah” tanya Ibu tanpa
melihat anaknya yang imut ini mangap
“ Ini” sahutku sambil nunjukkin
gigiku yang nggak tahu gimana kabarnya.
Akupun menceritakan semua yang
terjadi.
“ Makanya kalau main, jangan
ceroboh” nasihat ibuku mulai tetrlontar.
“ Ya udah, masuk kamar aja,
istirahat aja, besok nggak usah sekolah. Nanti biar ibu minta izin sama gurumu”
Akupun menuruti perintah Ibuku
dan bersahabat lagi dengan kesepian.
Satu dua hari, mulutku yang
mangap tidak lagi mangap, kini mangapnya tertutup walau sebenarnya masih sakit.
#cengeng
Itulah kisahku yang apa yah?
Pokoknya nggak bisa aku lupain sampai akhir hayat dan aku dapat menggali
kesimpulan, jangan main lompat-lompatan. Hehehehehe
***
#Episode masuk SD
Memasuki masa SD berarti harus
meninggalkan masa TK. Naurah kecil sekolah di SD Darussalam 01 Batam. Peralihan
masa TK ke masa Sd itu sangat sulit menurutku.
Kelas satu, dua, dan tiga adalah masa
peralihanku ke masa SD. Jadi, tidak mengagetkan jika aku adalah orang bodoh di
kelas ini.
Beranjak masa SD kelas empat,
lima, dan enam. Aku mulai berubah meninggalkan jejak masa TK yang penuh dengan
kata MAIN.
Itulah masa tersulit yang harus
aku lakukan saat harus meninggalkan masa TK ke Masa SD.
***
#Episode try out
Memasuki masa Try Out adalah
masa yang paling menegangkan bagiku. Gimana tidak? Matematika masuk sebagai
salah satu mata pelajaran dan aku bisa dianggap sebagai salah satu siswa yang
tidak cerdas dalam pelajaran ini. Sedangkan Bahasa Indonesia dan Ilmu
Pengetahuan Alam aku rasa aku mampu untuk menjawab soal yang tertera nantinya
di bangku UN.
Terjadi obrolan singkat di kelas.
“ Bagaimana kalau kita janjian?
Siapa yang nggak lulus Try Out terakhir ini, nggak ikut acara kelas ” kata
seorang siswa di kelas enam.
“ Emangnya acara kelas kita apa? ” tanya salah seorang temanku
“ Ada deh, sanggup yah....”
“ Sanggup” teriak siswa dengan
lantangnya
Ya. Diantara siswa tadi ada
aku. Jadi, aku harus berusaha semaksimal mungkin agar bisa lulus Try Out yang kata
guru akan menentukan hasil UN kita.
Waktu demi waktu berjalan. Try
Out tinggal di depan mata. Aku semakin mempersiapkan diri mengingat janji yang
terucap di kelas beberapa hari yang lalu. Aku semakin bergelut dengan buku
matematika yang berbau rumus itu, ada pecahan, pemfaktoran dll.
Tibalah saat yang dinanti.
Semua teman kelasku nampak tegang.
Ruang kelas. Ibu guru masuk
dengan hak tinggi yang selalu menopang tubuhnya setiap kali masuk kelas.
Membagikan kertas HVS dengan posisi terbalik.
“ Jangan dibuka dulu, yah”
nasehat ibu guru kepada siswa
Melihat kertas HVS di depanku
yang nampak dari belakang saja bisa terlihat beberapa angka entah itu ratusan
ribuan atau apalah itu. Yang penting saat ini pikiranku kacau balau
“ Fighting” Teriak salah
seorang temanku yang memang ahli dalam bahasa inggris.
Setelah selesai membagikan
kertas HVS yang berisi ribuan angka. Ibu kemudian berlalu. Tapi, sebelum
berlalu ibu mengatakan kertasnya bisa dibuka
Nyesss...
begitulah hatiku mendengar kata ibu sebelum berlalu. Seperti cairan asam yang
menusuk ke hatiku dan membunuh sendi-sendi tanganku dan terasa kaku.
Naurah
jangan grogi, batinku dalam hati
Kumencoba mengibas-ngibaskan
tanganku dan mulai mengerjakan soal.
Kumenjawab soal dengan tenang.
Berharap jawaban yang aku berikan mampu membawaku ikut ke acara kelas yang akan
dilaksanakan terakhir ini.
***
Waktu demi waktu berjalan. Tiba-tiba...
“Naurah, kamu lulus” ucap
temanku mengagetkanku
“ Serius, jangan bohong dulu,
kek” ucapku membalas ucapannya
“ Nggak, lihat aja di papan
pengumuman” balas temanku
Yes. Itulah kata yang mewakili
perasaanku saat ini. Aku juga tidak
perlu repot-repot melihat ke papan pengumuman karena memang aku sudah yakin
dengan jawabanku. Acara kelas yang kutunggu, wait me.
***
#Episode adik
baru yang sebenarnya
2004
Ibu melahirkan lagi.
“Yeeeee.... punya adik, punya
adik” teriakku dengan nada senang
Boneka
yang aku punya akan terganti dengan adik bayi yang mungil.
“ Bu,
laki-laki atau perempuan” tanyaku pada ibu
“
Laki-laki ”jawab ibuku
“ makanya, jangan jadi cewek cengeng, ya Naurah”
lanjut Ibu lagi
“Insya Allah , bu” jawabku
“ nanti kalau Naurah cengang, adik laki-lakinya juga
cengeng, loh. Naurah nggak mau,kan adiknya cengeng” kata Ibu
“ Nggak mau bu” sahutku
Mulai dari situlah aku berinisiatif untuk tidak
cengeng. Dan aku akan menjaga citraku di depan adikku agar tidak mencontoh
kakaknya yang selama ini terkenal dengan kata cengeng.
***
#Episode tragedi uang Rp.1.500
Sekolahku di SMP 01 Batam. Satu lokasi dengan SDku, SD
Darussalam 01 Batam. Aku pindah rumah ke Batam Center, lokasinya jauh dari
sekolah. Sekitar satu jam perjalanan menggunakan busway. Jadi, aku harus bersiap-siap ke sekolah sekitar pukul 6
pagi dan kadang pulang sekitar jam empat atau lima.
Pernah suatu hari aku ingin pulang ke rumah dari
sekolah. Dengan santainya aku menghampiri Om penjaga busway dan bertanya
“ Om, buswaynya masih ada yang kosong,kan” tanyaku
pada om-om penjaga pintu busway tersebut
“ masih ada,kok” sahutnya
YES. Bagaimana tidak aku tidak bahagia. Uangku hanya
Rp.1500 dan itu cukup dengan jasa busway yang mengantarkanku ke rumah.
Sedangkan angkutan kota, aku harus membayar sejumlah Rp.2000. Jadi, aku
terpaksa harus naik busway menuju ke rumah
Trit…….. Nada telepon om-om tadi bergema di saku
kantong celananya.
“ ooohh, Iya. Aduh padahal masih banyak penumpang,
nih” kata om-om tadi di dekat teleponnya.
Om-om tadi pun mematikan ponselnya dan mengatakan…….
“ Maaf dek, buswaynya udah habis” kata om-om tanpa
rasa bersalah
HAHHHHH. Teriakku di tengah kebisingan orang sehingga
om tadi hanya mendengar samar.
“ Ya, udah habis yah, pak” tanyaku dengan pasrah
“ Iya, tadi bos busway mengatakan itu. Maaf sekali
lagi yah, dek” Ucap om itu
“ Iya om, nggak apa-apa” jawabku singkat
“ Emangnya adik mau kemana?” Tanya Om itu
“ Ke Batam Center, pak” sahutku cepat
“ Itu,kan ada angkutan kota” seru om itu sambil
menunjuk ke arah angkutan kota
Sejenak. Mataku berkaca-kaca
“ kenapa?” Tanya om itu
“ uangku tidak cukup, Om”
Sesaat. Kulihat
om itu mengeluarkan dompet dari kantong celananya yang kusam
“ Ini” seru om
itu sambil menyodorkan uang Rp.500
Akupun menerima
rejeki dari om itu. #manfaatin kesempatan
“ makasih, om”
jawabku kemudian berlalu
Akhirnya aku bisa pulang, batinku dalam
hati
***
#Episode naik daun kemudian turun
daun
Walaupun di SD aku tidak
meraih peringkat. Tapi, entah malaikat apa yang , merasuki tubuhku sehingga aku bisa berprestasi di kelasku.
Ya. Aku meraih peringkat lima ketika memasuki UTS semester satu dan berkembang
terus menerus hingga pernah meraih peringkat pertama pada saat kelas dua.
#tepuk tangan
Menurun. Ya.
Prestasi akademikku menurun tapi tidak terlalu drastic dan masih bisa menyabet
peringkat tiga dan masih bisa mempertahankannya sampai SMP kelas tiga
***
#Episode mencari
Pada episode ini, aku
akan menjelaskan bagaimana perjuanganku mencari SMA terbaik yang ada di kota
Batam. Simak kisahku di bawah ini.
Sekolah terbaik.
Search. Athirah Bone. Kabupaten Bone, panyula km 4
Begitulah yang
tertera di layar laptop Ibu saat aku melihatnya.
“ Ibu, lagi
ngapain” tanyaku pada ibu yang sibuk dengan laptopnya
“ Ini, lagi searching sekolah yang bagus buat kamu”
kata ibu dengan nada serius
“ Bone, itu tempat apaan sih, bu” tanyaku ketika ikut
melihat layar laptop Ibuku
“ Bone itu adalah Kabupaten terluas se Sulawesi
selatan. Disini ada sekolah namanya sekolah islam athirah boarding school bone”
kata ibu
“ pendaftaran masuk sekolah ini telah dibuka. Naurah
mau, nggak” tawar ibu
“ Ibu, nggak usah jauh-jauh, kan banyak juga di Batam
sekolah yang bagus” kataku sambil memeluk ibuku
“ Naurah nggak mau jauh-jauh dari ibu” lanjutku
“ Coba dulu. Nanti kalau nggak cocok kan bisa pindah”
kata ibu
“ Naurah pikir-pikir dulu” kataku sambil berlalu
***
Naurah
sekolah dimana?. Pertanyaan itu
terus terucap dari orang-orang yang kukenal dan aku hanya bisa mengatakan bahwa
aku juga belum tahu. Katanya di Athirah, pasti pertanyaan pertama selalu
menyusul pertanyaan ini. Kok bisa tahu,
yah? Batinku dalam hati
Suatu hari.
“ Bu, bagaimana kalau aku shalat istikharah. Naurah
nggak bisa mutusin, nih mau sekolah dimana” kataku pada Ibu
“ Ya, sebaiknya sih gitu” jawab Ibuku
Jawaban Ibuku pun sontak menjinakkan hatiku yang
liar.#hehehe
Malam itupun juga aku melaksanakan shalat istikhrah.
Antara sekolah di Batam atau sekolah di Bone.
Takbiratul ikhram. Rukuk. Iktidal. Sujud. Duduk
diantara dua sujud dan begitulah. Terakhir, doa
Ya
allah, aku tidak bisa memutuskan apa-apa. Aku hanya hambamu yang lemah dan
cengeng. Berilah hamba petunjuk, ya
allah. Kutunggu jawabanmu menghiasi tidurku, ya allah.
Selesai shalat istikharah. Aku kemudian tidur
Rutin shalatan istikharah. Hingga suatu malam saat
tidur
SELAMAT DATANG DI BUMI ARUNG PALAKKA
KABUPATEN BONE, KOTA BERADAT
Ya. Aku sedang bermimpi menjelajahi Kabupaten Bone
dengan menaiki bus ditemani dengan bapakku. Hingga suatu waktu, bus tersebut
berhenti tepat di depan sebuah sekolah bercorak warna abu-abu, merah dan biru.
SEKOLAH ISLAM ATHIRAH BOARDING SCHOOL BONE. Aku pun terjaga dari tidurku.
Kalau
memang ini jawabanmu , ya allah. Insya allah aku akan sanggup, batinku dalam hati sambil menyeka air mataku yang
entah mengapa tanpa aku persilahkan telah keluar membanjiri pipiku.
***
#Episode landing di Sultan
Hasanuddin
Kuputuskan pun untuk memenuhi amanah Allah yang
dititipkan padaku. Aku membeli tiket untuk menuju ke Sekolah Islam Athirah
Boarding School Bone. Aku membeli tiket untuk menuju ke bandara Sultan
Hasanuddin. Ditemani dengan nenek dan bapakku aku pun naik pesawat menuju ke ke
bandara Sultan Hasanuddin.
Landing. Kamipun keluar dari pesawat yang telah
membawa kami menuju ke Makassar ini. Ayahku pun segera mengurus mobil yang akan
membawa kita menuju ke salah satu rumah Pamanku di kota ini.
“ Mobil siap!” kata bapakku sambil mengancungkan jari
jempolnya
Kami pun segera meluncur menuju salah satu rumah
pamanku yang masih berada dalam kawasan kota ini. Kerlap-kerlip kota Makassar
menemani perjalananku munuju ke rumah paman. Memang makassar merupakan kota
yang tidak akan pernah tidur meskipun malam menyapanya. Waktu berjalan begitu
cepat. Kami pun akhirnya sampai di rumah paman. Bapakku pun mengangkat barang
menuju ke dalam rumah dengan disambut sapaan ramah orang Makassar.
***
#Episode menuju tes
Pagi sekali. Aku terbangun. Siap-siap menuju ke bone.
#bangun mandi, gosok gigi, mandi
Semua kegiatan pun selesai kulakukan. Tinggal menunggu
mobil yang akan membawaku menuju ke kota beradat arung palakka, Kabupaten Bone
Mobil tiba. Akupun dan bapakku segera menaiki mobil
tersebut meluncur dengan kecepatan sedang. Tidak lupa memotret-motret
pemandangan yang ada di kanan-kiri mobil yang sedang melaju. Penumpang di
kanan-kiriku pun celingak-celinguk melihatku yang begitu katro’ baru melihat pemandangan bukit, sawah dan jurang. Memang
kuakui, jika kau menginjakkan kaki ke Batam. Pemandangan seperti ini impossible kau dapatkan. Dan tak bisa
dipungkiri, akupun berdecak kagum melihat pemandangan yang menghiasi kanan-kiri
perjalananku. Kamera yang kugunakan sebagian besar pula berisi pemandangan
hasil potretanku.
“ Mau kemana, pak”
Tanya seorang Ibu yang kira-kira berumur 54 bertanya kepada bapakku
dengan nada menyanyi dan sontak juga memberhentikanku memotret pemandangan dan
beralih masuk ke pembicaraannya.
“ Mau antar anak saya ke Athirah untuk tes” jawab
bapakku dengan nada datar dengan menunjuk ke arahku
Aku pun melambungkan senyum ke arahnya.
“ Ohhhh… ini juga anak saya mau tes masuk Athirah
Bone” katanya sambil menunjuk juga anak laki-laki yang berada di sampingnya.
Anak laki-laki itupun menyabitkan senyumnya. Manis.
Seperti aku.#hehehe
Kemudian aku melanjutkan lagi acara pemotretanku.
Sekarang aku berada di kawasan jurang.
Woooo..
keren, batinku dalam hati
Aku masih mendengarkan pembicaraan antara bapakku
dengan ibu lelaki tadi. Satu hal yang menarik mukaku lagi masuk ke
pembicaraanya saat mereka membahas biaya masuk ke sana.
“ Bagi jalur beasiswa tidak membayar apa-apa, cukup
menjawab tes. Kalau lulus tes akademiknya, masuknya pun gratis. Pokoknya nggak
ada yang dibayar. Berbeda dengan yang jalur mandiri, kalau lulus tes
akademiknya, biaya masuknya pun menunggu, sekitar sembilan jutaan dan kalau
sudah bersekolah SPPnya Rp.1.700.000/bulan ” terang ibu itu kepada bapakku
Sejenak. Ibu itu pun berpaling mengerjakan
kesibukannya sendiri. Aku pun berpikir…
Kalau
aku masuk disini berarti banyak dong yang harus dibayar, apakah bapak sanggup?tanyaku dalam hati
Waktu demi waktu berjalan.
“ Pak, udah sampai nggak?” tanyaku
“ Belum masih jauh” kata bapakku
Akupun memutuskan untuk tidur.
Setelah beberapa waktu.
“Naurah udah sampai” ucap bapakku membangunkanku
Entah berapa lama aku tidur. Akupun segera menyiapkan
diri untuk menuju ke dalam kawasan Sekolah Islam Athirah Boarding School Bone.
Disana, mudah sekali dijumpai senyum, salam dan sapa. Semuanya bertebaran.
“ Sekolahnya memang bagus” kataku pada bapakku
“ Iya” bapakku pun menjawab sekenanya saja. Mungkin
terpaku juga melihat keindahan Sekolah Islam Athirah Boarding School Bone yang
dipenuhi dengan siswa yang sopan dan santun.
Akupun segera menuju ke meja registrasi. Kakak itu
kemudian memberitahukan nomor kelas yang harus aku masuki untuk tes.
Tes berlangsung. Aku menjawab seperti saat aku
menjawab UN SD. Grogi, tapi
sejenak aku bisa melunakkan hatiku yang grogi ini.
Selesai.
Akupun mengumpulkan kertas jawabanku.
***
#Episode
mudik
Setelah melewati tes akademik
yang dilaksanakan oleh Sekolah
Islam Athirah Boarding School Bone, akupun mudik lagi ke kampung
halamanku, Batam.
Di Batam, aku ragu pada pada
pendirianku sekolah di Sekolah
Islam Athirah Boarding School Bone atau mencari sekolah lain di
Batam.
Di Batam, aku mendaftar di salah satu sekolah,
tepatnya di SMA 03 Batam.
Waktu demi waktu berjalan, akupun diresmikan bisa bersekolah
di SMA 03 Batam tersebut. Tiba-tiba ada SMS dari bapakku
Naurah, kamu lulus tes akademik di
Sekolah Islam Athirah Boarding School Bone, gimana, kapan kesini?
Kira-kira begitulah SMS yang kuterima dari bapakku.
Akupun tidak bisa memutuskan. SMA 03 Batam atauSekolah Islam Athirah Boarding
School Bone. Akupun mengirimkan SMS ke bapakku
Emang, bapak bisa bayarin biaya
masuk dan SPP?
Send.
Insya Allah, bapak bisa. Lagian, kan
ada pamanmu yang akan bantuin paman untuk biaya masuk dan SPPnya. Gimana, kamu
sanggup?. Tinggal kamu yang nentuin karena Ibumu sudah rela jika kamu sekolah
disini.
Nyess.. Ibu udah rela. Tinggal aku
yang akan menentukan. Oke, ini masa depanmu, Naurah. Pilih yang terbaik
menurutmu, batinku dalam hati
Iya. Aku mau sekolah di situ.
Rasanya lama sekali aku mengetik SMS itu dan air mata
mengalir lagi
Naurah, jangan cengeng, batinku dalam hati sambil ngusap-ngusap dada.
***
#Episode pertemuan
dengan si kacamata
Akupun menuju ke Athirah Bone dengan membawa barang
yang aku butuhkan
seperti buku tulis, pulpen, pakaian, dll. Aku pun
membeli tiket, kemudian menaiki pesawat tanpa ditemani siapa pun.
Tibalah aku di makassar, aku dijemput oleh bapakku dan
pamanku kemudian meninggalkan bandara Sultan Hasanuddin. Di Makassar, aku
bersiap-siap lagi datang ke bone.
***
Perjalanan
kulalui dengan sukses. Aku datang pada hari senin, sedangkan hari minggu
kemarin merupakan acara Open House. Hari ini juga dilaksanakan MOS pertama yang
digelr pada hari senin dan aku tidak sempat ikut melaksanakan acara MOS pertama
karena aku merapikan barangku terlebih dahulu ke dalam lemari yang telah
disiapkan oleh Sekolah Islam Athirah ini.
Hari berganti hari. Aku mengikuti MOS kedua. Aku duduk
di sudut belakang
Tiba-tiba, ada seorang yang menepuk bahuku
“ Siapa?” tanyanya
“ Naurah, kamu?” tanyaku lagi setelah selesai
menjawabnya
“ Akrimah”jawab gadis pengguna kacamata itu
Akupun bercakap-cakap dengannya dan aku merasa cocok
dengannya. Setiap aku punya masalah, dia datang meraihku dan membantu
mencarikan aku jalan keluarnya.
***
#Episode masuk kelas
Hari berganti menjadikan hari kemarin menjadi sejarah.
Aku adalah siswi Al-alim. Pelajaran pertama adalah Bahasa Indonesia. Guru masuk
dan sebelum pembelajaran dimulai dilakukan acara perkenalan.
“ Sebelum pembelajaran dimulai, kita akan mengadakan
acara perkenalan nama. Kalau orangnya sudah menyebutkan namanya, sapa dia
dengan menggunakan hai” terang guru Bahasa Indonesia
“ Iya, bu” seru temanku sekalian
“ Dimulai dari ujung sebelah kiri ” Ucap Ibu memberi
arahan dengan menunjuk bangku sebelah kiri ujung.
Seorang anak laki-laki tersebut berdiri kumudian
tersenyum manis sebelum memulai perkenalan namanya.
Senyum yang pernah kulihat, tapi
dimana yah, tanyaku dalam hati
“ Perkenalkan nama saya Fairus Fajrin, bisa dipanggil Fairus”
kata lelaki itu
“ Hai, Fairus” sapa siswa-siswi
“ Bukannya kamu yang ada di mobil itu, kan?” tanyaku
memecah keheningan setelah siswa-siswi menyapanya
Sejenak dia melihat mukaku. Mungkin juga dia
mengingat-ingat mukaku di mobil yang sama aku tumpangi.
“ Ohhh…Iya, kamu yang di mobil itu, kan” seru dia lagi
Oohhh.. tenyata namanya Fairus.
Tiba-tiba ada yang menyikutku dari samping
“ Rah, itu siap sih?” Tanya Akrimah, temanku
“ Ohhh.. itu, aku ketemu dia di mobil, pas mau tes
akademik” terangku kepada Akrimah
***
#Episode
lebaran di Batam Makassar
Hari
ini hatiku sangat senang. Karena???
LIBUR LEBARAN
Libur
lebaran kali ini aku telah persiapkan untuk MUDIK ke Batam. Setelah ada
panggilan bahwa mobil yang akan mengangkutiku telah datang, semakin menambah
riangnya hatiku.
Kali
ini, di dalam mobil tak ada rasa bosanku menikmati lagi pemandangan yang berada
di samping kanan-kiri mobil. Hatiku sangat senang. Membayangkan aku sampai di
Makassar, kemudian membeli tiket, kemudian pulang deh.....#senang sekali
Memasuki
kota Makassar yang tak pernah tidur dari keramaian orang-orang semakin menambah
riang hatiku. Tibalah aku di rumah pamanku.
Akupun
segera mengeluarkan barangku dari mobil dan tak lupa memberi setoran kepada
supir tersebut.
Aku
kemudian menuju ke dalam kamar yang memang telah disediakan untukku. Aku tidak
merapikan barangku karena toh...buat apa? Kan nantinya barang ini akan MUDIK ke
Batam
Mandi.
Selesai mandi aku langsung diteriaki oleh bapakku
“ Itu
kopernya nggak ada isinya, yah?” tanya bapakku
“ Ada”
ucapku datar
“ Kok
belum dikeluarin isinya” tanya bapakku
“ Buat
apa?. Kan nanti mau MUDIK, jadi nggak usah dibongkar” ucapku pada bapakku
dengan nada datar.
Sejenak
bapakku mengernyitkan alisnya
“
MUDIK, Kapan?” tanyanya lagi
“ MUDIK
ke Batam, untuk lebaran disana”
“
Naurah belum tahu, yah. Kita itu lebaran disini bukan di BATAM”
HAAAAAH.
CIUS???. MIAPA???
***
Baru
kali ini aku libur lebaran di Makassar. Sumpah.
Kenapa bukan di Batam, kan kita bisa ketemu
abang, adik, ibu dan juga nenek, batinku dalam hati
Hanya air
mata yang dapat menemaniku saat ini. Pokoknya hanya bantal dan air mata yang
dapat mengerti perasaanku saat ini. Gimana tidak?. Aku udah rencanain mau ini,
mau itu. Ehhh... malah nggak jadi. Libur lebaran kali ini terasa sumpek. Sumpah.
Aku nggak punya keluarga selain paman dan nggak tahu mau silaturahmi kemana.
Okee..
Aku tidak mau mengumbarkan kesedihanku lagi. Sudah cukup. Aku juga tidak bisa menuliskannya.
Buang-buang air mata saja.
***
#Episode
mimikri
Sebut
saja, aku berbeda dengan yang lainnya. Aku dari Batam, sedangkan teman-temanku
sebagian besar berasal dari bone. Ada satu yang aku heranin disini, kenapa yah
kalau bicara kayak nyanyi gitu?.
Oke,
indonesia itu kan luas. Punya banyak pulau. Ada pulau batam dan ada pulau
sulawesi. Setiap pulau pasti berbeda. Begitu pula dengan keadaanku saat ini.
BERBEDA
Keadaan
ini pula yang sering membuatku nangis. Orang lain bisa berkomunikasi lancar
dengan yang lainnya. Sedangkan aku. Jujur saja, aku tidak berani masuk ke
pembicaraan orang lain jika mereka beralih berbahasa BUGIS.
Tapi,
pernah suatu waktu aku berpikir. #Naurah kan pintar. Kalau terus seperti ini,
bagaimana caranya aku berkomunikasi dengan yang lainnya. Karena selama ini, aku
hanya dapat berkomunikasi dengan Akrimah yang juga berbahasa formal seperti
aku.
Akupun
terus melakukan mimikri untuk bisa
bergabung denga temanku yang lain. Hingga akhirnya usahaku berbuah manis dan aku bisa bercanda bersama mereka.
***
#Episode tragedi
dibalik biola
Biola.
Ohh... itu merupakan salah satu alat musik yang mudah untuk
dikuasai,bagiku. Pernah suatu hari.....
“ Rah,
ajari aku biola, dong” kata seorang cowok berbadan kecil tapi sudah berkumis.
“ Ohh..
Wahid, kenapa?. Mau diajari biola, yah” tanyaku balik
“ Iya,
emangnya kamu punya waktu?” tanya Wahid lagi
“
Punya, tapi aku tidak bisa janji yah” seruku tidak meyakinkan Wahid.
“
Bagaimana kalau kamu punya waktu, panggil aku aja” katanya
“ Iya”
ucapku kemudian berlalu di hadapannya
***
Sore
ini. Tidak ada pekerjaan yang harus aku selesaikan dengan segera. Segera
kumenuju ke bawah untuk memanggil Wahid yang berada di asrama putra sambil
menenteng biola kesayanganku.
Melihat orang yang akan menuju ke
asrama putra. Segera ku hampiri
“ Bisa
tolong tanya Wahid kalau aku udah nunggu di bawah pohon besar” kataku pada
seorang cowok yang akan masuk ke asrama putra
“ Iya”
jawabnya cuek tapi aku yakin cowok itu akan menyampaikan pesanku kepada Wahid
Akupun
menuju ke bawah pohon. Sembari menunggu Wahid datang, aku membuka penutup biola
dan mulai memainkannya.
Tiba-tiba
Wahid datang
“ Udah
siap belum?” tanya Wahid
“ Nggak
mungkin aku panggil kamu kalau aku sendiri belum siap” kataku pada Wahid
Sejenak
Wahid duduk di sampingku dan aku pun mulai mengajarinya bermain biola.
***
#Episode
ejekan
Dengan
santainya ku menuju ke kelas. Ku pegang gagang pintu. Kudorong. Tiba-tiba.....
“
Cieeee... Naurah dan Wahid” seru teman-temanku
“
Kenapa? Kok Wahid?” tanyaku
“ Yang
kemarin” seru temanku yang manis, Hasnah
Sejenak
aku memutar otakku. Mencoba mengulang ke masa lalu. ASTAGA. Jangan sampai
mereka berpikir macam-macam.
“ Aduh,
kemarin itu, aku ngajari Wahid cara menggunakan biola” terangku pada
teman-teman yang seakan-akan akan memakanku dengan taringnya yang kuat
“
Lagian, aku nggak akan menyukai dia,kok” lanjutku
“ aku
nggak akan menyukai cuman mencintai maksudmu” kata temanku menerobos
kata-kataku yang tadi
“
Pokoknya, jangan salah paham, aku sama Wahid nggak ada apa-apa” kataku
mencairkan suasana karena semakin aku mengelak, pasti semakin mereka curiga
Tiba-tiba
Wahid datang
“ Hai
Naurah” sapa Wahid
“
Cie............Naurah” seru yang lain
Meskipun
yang lainnya mengejekkku bersama dengan Wahid. Namun aku tidak merasakan cinta
Karena
cinta menurutku adalah...
Being
rich is not how much you have. But how much you give. Somehow when you give
you’ll be happier.
***
#Episode
nenek tersayang
Trit….. telepon bordering
Naurah
Halo..
paman. Ada apa?
Naurah
nggak bisa kesini nggak?
Emang
kenapa?
Dia membisikkan sesuatu yang
membuat butiran mengalir hangat di pipiku. Sejenak, aku merasa ada yang hilang
dari diriku, sesuatu yang lebih berharga dibandingkan dengan diriku sendiri.
Bisikan yang mengoyak dada sontak membuat aku merasa tuhan tidak adil, mengapa
harus giliran nenek engkau ambil.
Ne…ne……kkkk meninggal
Telepon kemudian terputus
Ibuku yang tengah mencuci langsung memberhentikan proses
pencuciannya. Pokoknya gempar deh seisi rumahku yang bertempat tinggal di
Sudiang.
Tiba di Batam.
“ Naurah, buka pintu dulu” bujuk ibuku
“ Nggak mau, pokoknya aku tidak mau melihat wajah nenek”
sahutrku dari dalam dan menangis sesegukan
Terdengar langkah ibu menjauh dari kamarku.
Ya,
allah, mengapa engkau mengambil nenekku, tanyaku dalam hati sambil
menangis
Sejenak. Aku merasa berterima kasih kepada allah Karena
nenek tidak melihata ngerinya hari akhir. Karena pernah kubaca beruntung sekali orang yang
mendapat kematian sebelum hari akhir. Tapi, aku tetap menangis
Akupun kemudian memberanikan diri membuka pintu kamar dan
menuju ke tempat nenekku dibacakan yasin. Melihat petinya aku jatuh tersungkur
“Aku tidak bisaaaaaaa”
teriakku
“ Neneekkkkkk” lanjutku sambil menangis
Biarlah dunia mengatakan bahwa aku memang cengeng, sekarang
aku hanya ingin menangis…. menangis…. menangis…. menangis…dan menangis.
Melihat petinya saja yang masih kosong aku menangis, apalagi
melihat wajahnya yang sudah terbalut kain putih.
Setelah acara pemakaman selesai, aku terkena demam. Dan
demam itu juga berasal dari acara pemakaman. Berikut ceritanya….
Pada saat nenekku dikubur, aku ikut untuk melayat. Di
kuburan aku terlupa sehingga tidak mengucapkan salam ketika pulang, ada setan
yang mengikutiku pulang. Sehingga aku terkena penyakit demam
Kata ustadz yang menanganiku. Benar, ada setan yang
mengikutiku sehingga aku terjangkit demam. Dan ampuh setelah ustadz tersebut menanganiku,
aku langsung sembuh.
***
Kamar.
Tok….tok…
Masuk
Ibu masuk dan menuju ke arahku.
“ Naurah, ibu mau bilang sesuatu ” kata Ibu
“ Cita-citamu besar, maka kamu harus ditimpa masalah yang
besar juga agar menjadi orang yang besar” kata ibu
Benar juga. Orang besar ketika mendapat undangan umum, pasti
orang besat tersebut akan menceritakan masalahnya. Masalah besar yang menimpa
berujung sukses jika kita mau melewatinya.
Kesimpulan dalam hidupku HILANGKAN CENGENG.
Pandang ke depan dan jangan pernah menangis.
Dan, tidak butuh “ The end” untuk mengakhiri kisahku.
Karena cerita dimulai ketika kita mengakhiri.
Mutmainna